DETIKPAPUA.COM : Wamena – Distrik Tangma menjadi sorotan dalam upaya Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait kondisi keamanan dan perlindungan warga sipil di wilayah yang berpotensi konflik bersenjata. Acara ini digelar di Klasis Tangma, Koordinator Yahukimo, Gereja Kemah Injil Kingmi di Tanah Papua.
Setelah ibadah gabungan yang dihadiri oleh 482 jemaat dari 13 gereja di Klasis Tangma, YKKMP melakukan sosialisasi guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keamanan warga sipil. Minggu (25/5/25).
Direktur Eksekutif YKKMP sekaligus pembela HAM Papua, Theo Hesegem, menegaskan bahwa masyarakat Tangma tidak boleh menjadi pengungsi seperti yang terjadi di Kabupaten Nduga, Intan Jaya, Puncak, Pegunungan Bintang, dan wilayah lainnya.
“Masyarakat harus bebas beraktivitas tanpa gangguan dari kedua pihak yang berkonflik—Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan TNI/Polri. Kewajiban mereka adalah melindungi warga sipil dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Hesegem.
Ia juga menyoroti pentingnya hukum humaniter internasional (HHI) yang memberikan perlindungan kepada warga sipil dalam konflik bersenjata. Prinsip-prinsip seperti larangan menyerang warga sipil, pembedaan antara kombatan dan non-kombatan, proporsionalitas dalam penggunaan kekuatan, serta upaya menghindari penderitaan yang tidak perlu menjadi dasar bagi perlindungan tersebut.
Selain itu, Hesegem menegaskan bahwa tindakan seperti penggunaan kekuatan militer berlebihan, serangan terhadap infrastruktur sipil, serta pengepungan yang menyebabkan penderitaan masyarakat sipil dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang. Ia menekankan bahwa tidak boleh ada pertumpahan darah di Distrik Tangma maupun Distrik Kurima.
Dalam sosialisasi tersebut, Hesegem juga mengimbau agar kendaraan jurusan Wamena-Tangma membuka kaca mobil dan membatasi jumlah penumpang agar warga sipil tidak menjadi sasaran bagi aparat maupun TPNPB.
Menyampaikan pesan kepada para pemimpin agama dan intelektual, Hesegem meminta mereka untuk aktif mendampingi jemaat Klasis Tangma jika terjadi konflik bersenjata. Ia menekankan bahwa masyarakat harus tetap bersatu tanpa adanya konflik internal antar keluarga maupun suku.
“Konflik sudah ada di depan mata. Jangan sampai terjadi masalah internal. Kita harus fokus dalam persiapan menghadapi situasi ini,” ujar Hesegem.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh Pdt. Kones Kogeya, Ketua Klasis Mugi sekaligus Koordinator Nduga, yang merupakan salah satu pengungsi di Wamena. Ia mengungkapkan, “Cukup kami yang menjadi korban, jangan sampai Tangma mengalami hal yang sama. Saya sudah delapan tahun hidup di pengungsian tanpa jemaat tetap, tanpa gereja, dan tanpa sumber pendapatan dari persembahan maupun perpuluhan,”tegasnya.
Sementara itu, Kepala Suku Ohena Elopere dari Tangma mengajak masyarakat untuk tetap bertahan di tempat mereka tanpa harus mengungsi. “Tangma adalah anugerah Tuhan bagi kita. Orang Tangma tidak bisa mengungsi ke mana-mana. Kita bertahan di sini demi daerah kita,” tegasnya.
Ketua Klasis Tangma, Pdt. Yenius Hesegem, S.Th, berharap agar tidak terjadi pertumpahan darah di Tangma. “Warga sipil harus dilindungi oleh kedua pihak yang bertikai, baik TPNPB-OPM maupun TNI dan Polri. Masyarakat harus dapat beraktivitas dengan bebas,”katanya.
Sebagai penutup, Hesegem menegaskan bahwa pertemuan lanjutan dengan agenda yang sama akan dilakukan di Distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, pada Senin, 26 Mei 2025. (Red)
![]()


More Stories
DPR Papua Pegunungan Fransina Daby Buka Seminar dan Salurkan Bantuan ke Mahasiswa Jayawijaya di Jayapura
YKKMP Kencam Tindakan Main Hakim Sendiri Oknum Anggota Kodim 1702 Jayawijaya Di Duga Pelaku Terhadap Almarhum Frengki Kogoya
Masyarakat Puncak Apresiasi Kepemimpinan Elvis Tabuni: Tetap Bertahan di Tengah Konflik, Tidak Tinggalkan Warga