(Menuju Gereja Sinodal yang Berwajah Kaum Pinggiran: Membaca Juan Carlos Scannone dan Paus Fransiskus(
*Siorus Ewainaibi Degei
Pada seri pertama kita sudah sejenak mengenal Juan Carlos Scannone Sj, bapa teologi pembebasan, dan salah perintis teologi rakyat. Pada bagian ada nama Lucio Gera dan Rafael Tello, dua sejawat Scannone yang bersamanya membangun teologi rakyat.
Teologi Rakyat
Scannone adalah arsitek teologi rakyat Argentina, sebuah teologi yang merupakan salah satu dari aliran besar teologi pembebasan. Teologi rakyat dengan demikian selalu hidup bersama umat, bukan menjadi objek teologi, melainkan subjek dari teologi itu sendiri. Perjumpaan menjadi kata kunci di sini, kemudian dialog. Berjumpa dengan umat dan berdialog dengan mereka, sekiranya akan cukup memberikan wawasan-wawasan teologis baru untuk menatap dan menetapkan kerangka kerja pastoral yang memeluk erat umat, terutama orang miskin. Konsep teologi rakyat dari Scannone, juga Lucio Gera dan Rafael Tello inilah yang sedikit banyak mempengaruhi Bergolio, (https://repository.usd.ac.id/15555/1/3900_teologi+rakyat.pdf).
Lucio Gera dan Teologi Rakyatnya
Lucio Gera (1924-2012), imam dan teolog Argentina, lahir di Venesia, Italia pada 16 Januari 1924, ia ditahbiskan menjadi seorang imam di Keuskupan Agung Buenos Aires pada tahun 1947. Ia adalah lulusan Angelicum Roma pada tahun 1953 di bidang teologi, dan memperoleh gelar doktor dalam bidang teologi dari Unversitas Bonn pada 1956 dan menghabiskan 55 tahun sebagai professor di Universitas Katolik Kepausan Argentina. Ia menjabat sebagai vikaris di Paroki St. Bartholomew, di lingkungan Chiclana dan Boedo, lanjut di San Rafel Arcangel, dan di Our Lady of Pilar.
Karya teologis Pastor Gera secara siginifikan mempengaruhi Gereja Argentina dan sekitarnya. Ia diakui sebagai salah satu pendiri, bersama Rafael Tello dan Juan Scannone dari ‘teologi rakyat’, sebuah konsep yang dianut oleh Paus Fransiskus. Pendekatan ini menekankan peran umat awam dalam Gereja dan partisipasi mereka dalam misinya. Karyanya berfokus pada peran aktif umat awam dalam masyarakat sekuler, mengadvokasi agar suara mereka didengar dan kontribusi mereka diakui. Ia sangat terlibat dengan gerakan Pekerja Muda Kristen (JOC), menjabat sebagai kapelan dan berkontribusi banyak artikel untuk majalah mereka. Partisipasinya dalam pertemuan-pertemuan teologis yang signifikan, seperti pertemuan CELAM di Petropolis (1964) dan Madelin (1968), semakin memperkuat pengaruhnya. Pada tahun 1988, Paus Yohanes Paulus II menganugerahinya gelar Prelat Kehormatan, sebuah gelar yang dilaporkan tidak ingin ia gunakan, (https://cerdijnresearch.org/lucio-gera-theologian-of-the-people-and-pope-francis).
Menurut Gera pengalaman umat adalah pusat refleksi teologis (locus tehologicus). Teologi rakyat Gera menempatkan pengalaman hidup umat, khususnya mereka yang terpinggirkan, sebagai titik tolak utama refleksi teologis. Gera menekankan pengalaman konkret umat dalam membentuk pemahaman dan penerapan iman mereka.
Gera juga menegaskan pentingnya partsipasi umat awam dalam karya evangelisasi dan karya misi pastoral. Teologi rakyat kadang dipahami sebagai teologi umat juga, ia menentang pandangan yang menempatkan klerus sebagai satu-satunya otoritas dalam Gereja. Gera, sebagai pendukung kuat teologi rakyat, pastilah mendorong peran aktif umat awam dalam pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan pelayanan misi pastoral Gereja.
Pastor Lucio Gera menaruh perhatian besar pada keadilan sosial dan transformasi masyarakat. Teologi rakyat secara inheren terkait dengan komitmen terhadap keadilan. Gera menggunakan teologi sebagai alat untuk menganalisis dan mengatasi ketidakadilan sosial, memberdayakan umat untuk bertindak demi perubahan sosial. Inkulturasi, juga menjadi tema besar dalam wacana teologi rakyat khas Gera. Teologi rakyat Gera menaruh semangat akan pentingnya inkulturasi, yaitu adaptasi pesan-pesan iman ke dalam konteks budaya dan sosial spesifik. Gera mengadaptasikan ajaran-ajaran Gereja agar relevan dan bermakna bagi konteks budaya dan kesalehan populer umat Argentina.
Warisan Pastor Gera terus bergema di kalangan teologis. Penekanannya pada partisipasi umat awam dalam Gereja dan masyarakat tetap menjadi perspektif yang relevan dan berpengaruh. Kontribusinya pada ‘teologi rakyat’ terus membentuk wacana teologis kontemporer dan praktik pastoral. Tuliisan dan wawancara ektensifnya memberikan wawasan berharga tentang perspektif teologisnya dan penerapan praktisnya. Kehidupan dan karyanya menjadi bukti pentingnya melibatkan pengalaman hidup orang-orang biasa dalam refleksi teologis.
Rafael Tello dan Teologi Rakyatnya
Rafael Tello (1917-2002), merupakan tokoh penting dalam konteks teologi rakyat di Amerika Latin, khususnya di Argentina. Dalam buku ‘Theology of the People: An Introduction to the Work of Rafael Tello’(2019), Enrique Ciro Banchi, seorang teolog Argentina menulis tentang pemikiran Pastor Rafael Tello. Tello adalah seorang imam yang menghabiskan banyak waktu dalam hidupnya untuk merancang bangun sebuah teologi dalam wujud model pastoral populer yang khas Argentina. Tello, bersama dengan tokoh-tokoh lain seperti Gera dan Juan Carlon Scannone, berkontribusi dalam mengembangkan dan mempromosikan teologi rakyat sebagai pendekatan teologis yang berpusat pada pengalaman hidup umat dan partisipasi aktif mereka dalam Gereja dan masyarakat. Tello, seperti para pendukung teologi rakyat lainnya, menganggap pengalaman hidup umat sebagai, terutama mereka yang terpinggirkan, sebagai sumber utama untuk refleksi teologis. Ia menekankan pentingnya mendengarkan suara dan perspektif mereka dalam membentuk dan penerapan iman. Jadi, Tello juga melihat pengalaman sebagai sumber refleksi teologi, (Bianchi, 2019: 9).
Scannone dan Teologi Rakyatnya
Scannone, imam Jesuit, teolog dan filsuf Argentina meninggal pada usia 88 tahun. Ia adalah seseorang yang banyak menginspirasi Paus Fransiskus. Hal ini disampaikan oleh Pastor Antonio Spadaro, direktur “LA Civila Cattolica” kepada awak media Vatikan News. Bapa teologi rakyat ini telah menjalin persahabatan yang cukup lama dengan Paus Fransiskus sejak keduanya di Buenos Aires hingga ke Roma. Pastor Spadaro melukiskan sosok Pastor Scannone sebagai pribadi yang sederhana, jenius, filsuf dan teolog. Ia asli Amerika Latin, tapi belajar lama di Eropa. Namun yang uniknya adalah bahwa melalui tulisan-tulisan dan ceramah-ceramahnya Pastor Scannone berbicara dengan orang Eropa yang ia paham dengan tata cara mereka, tetapi sama sekali berbeda secara subtansial sebab unsur-unsur Amerika Latin tidak ia tanggalkan dan tinggalkan. Terlihat jelas, refleksi-refleksi kritis atas teologi dan filsafat Amerika Latin atas filsafat dan teologi Eropa.
Scannone adalah salah satu tokoh utama dalam merumuskan teologi rakyat, sebuah pendekatan yang berfokus pada pengalaman hidup dan perspektif orang-orang biasa dalam memahami dan mempraktikkan iman. Teologi ini berbeda, namun terkait, dengan teologi pembebasan. Meskipun keduanya menekankan dimensi sosial iman, teologi rakyat lebih menekankan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam membentuk refleksi teologis mereka sendiri.
Warisan Scannone melampaui karya akademisnya. Ia telah memberikan dampak yang besar pada praktik pastoral dan aksi sosial di Gereja Katolik di Amerika Latin dan di seluruh dunia. Penekanannya pada pendekatan teologi yang partisipatif dan memberdayakan telah menginspirasi banyak inisiatif yang bertujuan untuk mempromosikan keadilan sosial dan keterlibatan aktif komunitas terpinggirkan. Kematiannya pada tahun 2019 merupakan kehilangan besar bagi dunia teologi dan keadilan sosial Argentina, Amerika Latin, Gereja Katolik, dan dunia. Bersambung (*)
)* Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur, Abepura-Papua.
More Stories
Cinta vs Kekerasan Bersenjata di Dusun Intan Jaya
Rapat Kerja Olahraga KONI Yalimo Berkomitmen Pembinaan Cabor Dimulai Dari Distrik
Nancy Raweyai “Pentingnya Pembangunan Orang Asli Papua (OAP) Berbasis Literasi