JAYAPURA, DetikPapua.Com – Mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi Jayapura berunjuk rasa menyikapi persoalan terjadi kekerasan terhadap pemuda Papua yang kononnya tunawicara alias bisu. Kekerasan itu terjadi di Merauke, Papua, pada 27 Juli 2021.
Koordinator Lapangan (Koorlap), Semi Gobai menyatakan, aksi unjuk rasa ini merupakan sikap protes mahasiswa USTJ Terhadap kekerasaan yang bertindak rasis terhadap pemuda di Merauke.
Mahasiswa tidak melalukan Turun Jalan, hanya melakukan Mimbar kampus dan memiliki kekuatan Hukum yang legal karena dilindungi UU No 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi.
“Sikap kami jelas bahwa Negera stop bertindak rasis terharap OAP. Bahkan video kekerasaan fisik hingga mencekik leher pemuda merauke sebagai bentuk menginjak harkat dan martabat OAP. Ini sikap yang tidak manusiawi,” Kata Gobai dalam Orasinya di Halaman kampus USTJ, Jumat, (30/07/21).
Menurut Gobai, Masyarakat Papua selalu dihadapkan dengan tindakan rasisme. mulai sejak kerajaaan Majahpahit, Siriwijaya, Tidore hingga pada Indonesia, budaya rasis tumbuh subur di tanah Papua.
Bahkan Undang-Undang Penghapusan Rasial pun tidak bisa menghentikan budaya rasisme. UU sendiri lemah dalam menciptakaan keragaman dan menghargai sesama manusia yang diciptakan di Papua.
Untuk itu, Gobai berharap, tindakan Aparat TNI AU itu segera ditindak tegas dan dipecat secara hukum.
“Kami minta stop intimidasi, kriminalisasi dan rasismeme terharap rakyat Papua,” Ujarnya.
Gobai juga minta, Gububernur Papua, DPRP dan MRP segera mendeklarasikan Stop Rasisme dan membuat Perdasus tentang Rasisme di tanah Papua. sebagai bentuk sikap Orang Papua, ketika terjadi tindakan Rasisme, harus ditindak tegas.
Sementara itu, Mentri Pengembangan Sumber Daya dan Organisasi Kampus BEM PT USTJ, Hepron Tabuni meminta agar Negara dengan sungguh-sungguh mendidik orang Papua dengan cara-cara yang tidak manusiawi.
“Kami Manusia Papua sudah sangat menghargai sesuka lainnya. Maka, jangan bikin gerakan tambahan, apalagi membuat gerakan dan tindakan rasisme, itu tidak boleh,” Kata dia.
“Saya minta, oknum harus ditindak tegas,” terangnya.
Selain itu, Mantan Ketua BEM USTJ, Alexander Gobai menilai, kekerasaan yang terjadi di merauke adalah tindakan Negara yang sedang memainkan isu. Dan tindakan itu adalah sikap lagu lama.
Rasisme sejak 2019 lalu masih tumbuh subur. Rakyat Papua sedang menonton dan menaham emosi atas setiap tindakan Negara ini. Berharap, jangan sampai bom waktu menyalah di Papua.
“Kami minta Pemprov segera mendeklaraikan Stop Rasisme di tanah Papua. Bahkan membuat Perda khusus yang mengatur Rasisme itu. agar jelas tindak pelaku Rasisme itu,” Ujar Gobai yang juga Eks Tapol Rasisme itu. (aw)
More Stories
Dalam rangka Hut ke – 6 Gekrafs Papua Pegunungan memberikan makan bergizi gratis
Kolaborasi Multi Stakeholder, Fuel Terminal Masohi Gelar Coastal Clean Up di Pesisir Pantai Masohi
Pelaku Cabul Anak Dibawah Umur di Hamadi Pontong Dibekuk dan Ditetapkan Sebagai Tersangka