
DETIKPAPUA.COM : Seorang pendeta dan tokoh masyarakat Papua Barat, Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman, mengalami insiden pelanggaran privasi di Bandara Wamena pada Kamis, 17 April 2025.
Ia menegaskan bahwa tindakan ini bukan hanya pelanggaran terhadap dirinya, tetapi juga bagian dari skenario negara untuk menekan dan mengawasi aktivitas masyarakat Papua Barat.
Kejahatan negara terhadap masyarakat Papua Barat kembali terjadi di ruang publik. Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman mengungkapkan bahwa dirinya menjadi korban pelanggaran privasi saat berada di Bandara Wamena, Jayawijaya.
Saat melewati pintu pemeriksaan keamanan, seorang petugas sekuriti bernama Ita Rahmatyanti mengambil foto dirinya tanpa izin. Menyadari tindakan tersebut, Dr. Yoman langsung menegur petugas itu dan meminta agar foto tersebut dihapus.
“Saya mendekati petugas sekuriti perempuan dan saya minta dia hapus foto di dalam HP-nya,” ujar Dr. Yoman.
“Namun, dia mengatakan bahwa foto itu adalah bagian dari dokumentasi mereka.”ujarnya.
Merasa hak privasinya dilanggar, Dr. Yoman kembali meminta agar foto tersebut dihapus. Ita Rahmatyanti kemudian memanggil atasannya, seorang pria bernama Hendrik, yang juga merupakan pendatang.
“Saya meminta atasannya dan perempuan itu segera menghapus foto tersebut,” lanjutnya.
“Akhirnya, mereka menghapusnya, tetapi kejadian ini menunjukkan bagaimana kejahatan negara berjalan telanjang di tempat-tempat publik.”ucapnya.
Menurut Dr. Yoman, insiden ini bukan sekadar pelanggaran privasi pribadi, tetapi merupakan bagian dari sistem yang lebih besar.
“Ini kejahatan serius, kejadian serius, dan masalah serius. Kita tidak boleh membiarkan kejahatan telanjang di ruang-ruang publik seperti ini,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa tindakan pengambilan foto tanpa izin merupakan bentuk intimidasi terhadap masyarakat Papua Barat dan merupakan bagian dari upaya sistematis untuk memantau mereka.
Kejadian ini semakin memperkuat dugaan bahwa pengawasan terhadap masyarakat Papua Barat semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
“Negara memelihara, membiarkan, dan memperkuat kejahatan dalam ruang-ruang terbuka atau publik,” pungkasnya.
Dr. Yoman berharap insiden ini menjadi perhatian publik dan pemerintah agar privasi serta hak-hak masyarakat Papua Barat dapat lebih dihormati di masa mendatang.
Wartawan Detikpapua.com mendatangi bandara udara Wamena untuk menghubungi kepala Badara namun, tidak ditemu ruang kerjanya.
“Iya kalo bole ketemu bapa langsung dirumahya yang berada sebela hotel Grand Balim ya pak,”kata petusgas bandara Wamena. (Red)